Membangun Citra Diri Pegawai dalam Membangun Karir

Oleh Roziqun Kepala KUA Kecamatan Gabus

Dalam kehidupan sehari hari keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa kepercayaan diri yang dimilikinya. Kepercayaan diri berakar dari gambar diri atau citra diri, disinilah pentingnya citra diri yang positif. Menurut George Lucaks bahwa dunia dibangun diatas citra yang berarti bahwa siapa yangmembangun citra maka dialah yang akan menguasai dunia. Citra akan bertahan cukup permanen dalam jangka waktu lama jika mampu dipelihara. Citra merupakan aset dan juga cerminan identitas organisasi yang akan membangun nama baik organisasi, lembaga dan institusi.

Dengan demikian, sangatlah penting bagi pegawai untuk menjaga reputasi yang sejalan dengan kultur organisasi, hal ini sama pentingnya bagi para orang tua sangatlah penting jika anak-anaknya mampu menjaga reputasi dan nama baik orang tuanya. Menurut Frank Jefkins (1995) di dalam salah satu jenis citra yang disampaikan, ada citra penampilan  yakni citra yang lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada organisasi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional/pegawai pada organisasi yang bersangkutan.

Secara umum citra diri atau image adalah persepsi pandangan yang dibuat tentang diri sendiri. Citra diri adalah anggapan yang tertanam di dalam pikiran bawah sadar seseorang tentang dirinya sendiri. Citra diri bisa tertanam dalam pikiran bawah sadar oleh pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan, pengalaman masa lalu atau sengaja ditanamkan oleh pikiran sadar (Robert Rero dalam Cara Jitu Mengubah Mind Set Menghadapi Tantangan).

Apa yang dipikirkan oleh seseorang, akan di ucapkan atau di lakukannya, jika dia merasa dirinya tidak bernilai, maka akan diekspresikan lewat perilaku yang negatif, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, melakukan sesuatu yang bisa merugikan orang lain dan lain sebagainya. Perilaku seperti ini akan tampak dan bisa di rasakan oleh orang lain, dan orang yang melihat serta merasakan dampak dari perilakunya akan memberikan penilaian terhadap dirinya, mereka akan melihat suatu citra yang muncul dari dalam dirinya, inilah yang dikenal sebagai citra diri.

Citra diri memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, sama halnya penting bagi organisasi/institusi. Citra diri merupakan blueprint kehidupan seseorang, ia akan menjalani kehidupannya sesuai gambaran mental yang ada dalam citra dirinya, seperti apa citra diri seseorang tampak di luar –positif atau negatif di mata orang lain– di pengaruhi oleh pemikiran tentang siapa dirinya. Bila seseorang menilai positif diri sendiri, sudah pasti ekspresi positif akan dipantulkan keluar. Misalkan sedang merasa damai, tentu akan menampilkan sikap ramah, peduli dan menebarkan senyuman. Sebaliknya jika seseorang menilai negatif diri sendiri, ekspresi negatif akan terpantul keluar, misalkan  sedang marah, maka akan menampilkan wajah yang kaku, seram dan tanpa senyuman.

Citra diri ada yang bersifat positif dan membangun, adapula yang bersifat negatif dan merusak. Citra diri positip akan membawa seseorang pada kehidupan sukses dan bahagia dunia akhirat, sebaliknya citra diri negatif akan menghancurkan kehidupan. Citra diri positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat positif. Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sedangkan citra diri negatif adalah gambaran serta anggapan seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif.

Membangun citra diri adalah merupakan proses pembaharuan diri, senantiasa memperbaharui diri, menyempurnakan diri lebih baik dan lebih baik dari waktu ke waktu. Semakin baik citra diri, maka jalan menuju puncak keberhasilan akan semakin mudahIslampun sangat mendorong umatnya untuk senantiasa membangun citra diri yang positif. Allah Swt menegaskan, “Dan pakaianmu, bersihkanlah” (QS Al Mudatsir 74:4). Yakni sucikanlah pakaianmu dari hal-hal yang najis dan kotoran karena seorang mukmin itu baik dan suci, tidak patut untuk membawa sesuatu yang kotor. Menurut Ibnu Abbas dianalogikan pakaian itu dengan hati yang mengandung makna sucikanlah hatimu dari dosa dan masiat”. Orang Arab berkata, “Si Fulan itu pakaiannya bersih yakni suci”, yang dengan sifat itu mereka menginginkan bersih dari aib dan akhlak yang tercela. Mereka mengatakan, “Si Fulan pakaiannya kotor,” maksudnya berhias dengan akhlaq yang tercela.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun citra diri pegawai positif. Yang pertama adalah persiapan mengantisipasi masalah dan mencari alternatif citra baru yang dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung dalam menyelesaikan suatu masalah. Secara sadar memilih dan menetapkan citra-citra yang lebih baik dari pada citra sebelumnya dan yakin bahwa citra ini adalah sangat baik dan menguntungkan untuk diri sendiri dan organisasi/institusi. Untuk membangun citra diri yang positif langkah berikutnya harus berfikir unggul (Soegianto Hartono, Share Happiness).

Citra diri baik atau buruk bersumber dari isi pikiran diri sendiri, seseorang  tidak bisa memerintah tubuhnya untuk bersikap dan berprilaku baik sementara isi pikirannya sangat buruk. Bahasa tubuh selalu jujur, dia tidak pernah berbohong. Mungkin ucapan-ucapan bisa berbohong, tetapi tubuh  tidak akan bisa berbohong. Oleh karena itu mengubah citra diri tentu harus di mulai dari pikiran, selama pikiran  masih buruk, maka akan kesulitan untuk berpikir positif dan berprilaku positif. Pepatah menyatakan “you are what you think”. Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri.

Yang tak kalah penting dalam membangun citra diri ini adalah hendaknya selalu menghidupkan hati. Dengan menghidupkan hati akan bertambah iman, kemudian melahirkan tutur kata yang baik. Karena seperti dijelaskan al-Qur’an (QS al-Hajj 22:24), salah satu kualitas kaum beriman ialah bahwa mereka “dibimbing kea rah tutur kata yang baik, serta dibimbing ke arah jalan (Allah) Yang Maha Terpuji”. Hati yang hidup bisa diusahakan dalam bentuk aktualisasi tutur kata yang baik. Karena tutur kata adalah cermin pikiran dan sifat batin, maka tutur kata yang baik dan benar disebutkan dalam al-Qur’an (QS al-Ahzab 33 : 70-71) sebagai salah satu syarat terwujudnya perbuatan yang baik dan benar pula.

Langkah berikutnya  harus segera melanjutkan dengan tindakan nyata, berupaya untuk mengaplikasikan citra-citra baru itu dengan segera melakukan perubahan terhadap diri sendiri. Kesuksesan dan citra diri tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus mengupayakannya dengan sungguh-sungguh (QS Ar Ra'd 13:11). Toto Tasmara dalam bukunya Membudayakan Etos Kerja Islami (Gema Islami) menuliskan kata mutiara: Bila Anda mengubah pikiran Anda, Anda mengubah keyakinan diri Anda, Bila Anda mengubah Pikiran diri Anda, Anda mengubah harapan-harapan Anda, Bila Anda mengubah pikiran-pikiran Anda, Anda mengubah sikap Anda, Bila Anda mengubah sikap Anda, Anda akan mengubah tingkah laku Anda, Bila Anda mengubah tingkah laku Anda,Anda mengubah kinerja Anda, Bila Anda mengubah kinerja Anda, Anda telah mengubah nasib Anda, Bila Anda mengubah nasib Anda, Anda telah mengubah hidup Anda.

Dalam perspektif Islam, perubahan ini bisa dilakukan dengan media kegiatan sholat yang  jika dilakukan dengan benar dan betul sebenarnya merupakan cara membentuk citra diri positif yang diajarkan Rasulullah. Bacaan dalam sholat berisi kalimat kalimat toyyibah (positif) yang mampu membentuk citra diri positif jika dilakukan dalam keadaan khusuk (QS Al Mukminun 23:1 -2). Membaca Qur’an dengan tadabbur juga dapat membentuk citra diri positif, karena Al Qur’an banyak mengandung kalimat-kalimat positip yang berpengaruh besar pada diri seseorang.

Memang tidak mudah untuk menjaga citra diri positif agar tetap terlihat baik sepanjang masa-sepanjang waktu, maka dalam hal ini langkah lain yang dibutuhkan adalah sikap konsisten.  Untuk membangun citra diri yang positif dan kokoh tidak bisa serta merta dibuat dengan instan, namun merupakan suatu proses  berat dan lama yang akan terasa ringan bila dilakukan secara istiqomah dengan diirngi sebuah keyakinan bahwa mampu melakukan apa yang ingin di lakukan seperti yang diungkapkan oleh Norman Vincent Peale: “You can if you think can.” []

Bagikan :
Translate ยป