Bacaan dan Renungan Minggu, 14 September 2025 (Pesta Salib Suci)

Bacaan Pertama (Bilangan 21:49)

Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Mazmur (Mazmur 78:1-2.34-35,36-37,38)

Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka. Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka membohongi Dia. Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya. Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya.

Bacaan Kedua (Filipi 2:6-11)

Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai wafat, bahkan sampai wafat di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia, dan menganugerahkan-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuklututlah segala yang ada di langit, dan yang ada di atas serta di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa segala lidah mengakui, “Yesus Kristus adalah Tuhan.”

Bacaan Injil (Yohanes 3:13-17)

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.

RENUNGAN
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini dari Yohanes 3:13-17 menyingkapkan inti iman kita. Kasih Allah yang begitu besar bagi dunia. Yesus berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal".
Allah tidak tinggal diam melihat manusia jatuh dalam dosa. Ia turun tangan, menghadirkan Putra-Nya. Bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan. Salib Kristus menjadi tanda paling nyata kasih Allah. Cinta yang rela berkorban sampai akhir demi keselamatan kita.
Saudara-saudari, bacaan ini mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah anugerah. Keselamatan bukan hasil usaha kita semata. Allah terlebih dahulu mengasihi kita, dan tugas kita adalah menanggapi kasih itu dengan iman yang nyata. Bukan sekadar percaya di bibir, tetapi menunjukkan iman melalui tindakan kasih. Seperti melayani sesama, menghadirkan pengampunan, dan menjadi pembawa damai di tengah dunia.
Sebagai bahan refleksi kita hari ini adalah: apakah hidup kita sudah menjadi cermin kasih Allah? Apakah orang lain bisa merasakan kehadiran Kristus melalui sikap dan perbuatan kita? Semoga dengan rahmat Roh Kudus, kita semakin mampu hidup dalam kasih, agar dunia melihat bahwa Allah sungguh hidup dan bekerja melalui diri kita.

Berkah Dalem

Bagikan :
Translate »
Skip to content