
Shalom saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diundang untuk merenungkan satu tema penting dalam kehidupan iman kita: memilih jalan kehidupan bersama Kristus, dengan segala konsekuensinya.
Bacaan-bacaan hari ini berbicara tentang pilihan, komitmen, dan harga mengikuti Tuhan. Kita tidak sedang diajak untuk sekadar menjadi pengikut yang setengah hati, tetapi menjadi murid sejati yang rela menanggung salib dan menaruh Kristus di atas segalanya.
1. Ulangan 30:15-20 – Pilihan Antara Hidup dan Maut
Dalam bacaan dari Kitab Ulangan, Musa menyampaikan kepada bangsa Israel sebuah pesan yang sangat kuat:
“Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan…” (Ul. 30:15)
Tuhan memberi manusia kebebasan untuk memilih: kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk. Tapi Tuhan tidak tinggal diam—Dia mendorong umat-Nya:
“Pilihlah kehidupan…” (Ul. 30:19)
Memilih kehidupan berarti mengasihi Tuhan, mendengarkan suara-Nya, dan berpaut kepada-Nya. Ini bukan hanya pilihan intelektual, tetapi pilihan yang harus tercermin dalam tindakan, keputusan, dan gaya hidup kita.
2. Mazmur 1 – Diberkatilah Orang yang Menjauhi Jalan Orang Fasik
Mazmur 1 mempertegas pesan dari Ulangan:
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik…” (Mzm 1:1)
Mazmur ini menggambarkan kontras yang sangat jelas antara dua jalan hidup:
- Jalan orang benar → seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air: kokoh, subur, berhasil.
- Jalan orang fasik → seperti sekam yang ditiup angin: ringan, tidak berakar, mudah hilang.
Mazmur ini meneguhkan bahwa pilihan hidup benar—meski tidak selalu mudah—membawa berkat yang sejati dan kekal.
3. Lukas 14:25-33 – Mengikut Yesus Ada Harganya
Dalam Injil Lukas, Yesus menyampaikan sesuatu yang sangat menantang:
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:26)
Apakah ini berarti Yesus mengajarkan kita untuk membenci keluarga kita? Tentu tidak. Tapi Yesus sedang menunjukkan bahwa mengikut Dia membutuhkan komitmen total—Kristus harus menjadi prioritas utama.
Yesus juga berbicara tentang menghitung biaya sebelum membangun menara atau sebelum maju ke medan perang. Artinya, kita diajak menyadari bahwa menjadi murid Kristus bukanlah keputusan ringan. Itu adalah jalan salib. Jalan pengorbanan. Tapi juga jalan kehidupan yang sejati.
4. Filemon 1:1-21 – Kasih yang Mengubah dan Membebaskan
Dalam surat Filemon, kita melihat contoh konkret bagaimana Injil mempengaruhi hubungan antar manusia. Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus, budaknya yang telah melarikan diri, bukan sebagai budak, melainkan sebagai saudara dalam Kristus.
“Sebab mungkin karena itulah ia dipisahkan dari engkau untuk seketika, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba…” (Flm 1:15-16)
Mengikut Kristus berarti kita tidak hanya memiliki relasi baru dengan Allah, tapi juga dengan sesama. Injil mengubah struktur sosial, mengubah hati, dan memulihkan hubungan.
Penutup: Tantangan bagi Kita Hari Ini
Saudara-saudari terkasih,
Bacaan hari ini menantang kita:
- Apakah kita sungguh memilih jalan kehidupan? Ataukah kita masih berkompromi dengan dosa?
- Apakah kita siap membayar harga untuk mengikut Kristus? Atau kita hanya mau ikut selama itu nyaman dan menguntungkan?
- Apakah hidup kita menjadi kesaksian kasih dan pengampunan seperti yang Paulus tunjukkan kepada Filemon?
Kristus tidak memanggil kita untuk sekadar menjadi pengikut-Nya. Dia memanggil kita menjadi murid yang setia, yang rela menaruh Dia di atas segala-galanya.
Marilah kita memilih kehidupan.
Marilah kita menjadi seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air.
Marilah kita menghitung biaya, memikul salib, dan mengikut Dia—karena hanya di dalam Dia, kita menemukan hidup yang sejati.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, Engkau telah memanggil kami untuk menjadi murid-Mu, bukan hanya pengikut yang setengah hati. Tolong kami untuk memilih kehidupan, untuk mengasihi-Mu lebih dari segalanya, dan untuk hidup dalam kasih yang nyata terhadap sesama kami.
Bentuklah kami menjadi murid sejati-Mu, yang rela memikul salib dan mengikut Engkau setiap hari.
Amin.
(RS)