“Jangan berbicara kasar kepada siapapun, karena mereka yang mendapat perlakuan demikian, akan membalas dengan cara yang sama. Sungguh menyakitkan ucapan kasar itu, yang pada gilirannya akan melukaimu.”

Syair Dhammapada Bab X Danda Vagga syair 133 ini menekankan pentingnya menjaga ucapan dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan bukan sekadar rangkaian kata, melainkan kekuatan yang mampu membangun maupun meruntuhkan. Kata-kata lembut dapat menghadirkan kedamaian, tetapi kata-kata kasar dapat melukai hati lebih dalam daripada sebuah luka fisik.
Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam pergaulan sehari-hari—baik di keluarga, tempat kerja, maupun lingkungan sosial—kita tidak lepas dari interaksi melalui ucapan. Ketika menghadapi perbedaan pendapat, sering kali emosi mendorong kita untuk berkata kasar. Apa yang akan terjadi? Kata-kata yang diucapkan dengan nada keras serta didasari rasa tidak suka biasanya memicu reaksi serupa, sehingga menciptakan lingkaran pertengkaran yang tidak berkesudahan.
Sebaliknya, ucapan yang penuh pengendalian diri dan kebijaksanaan justru mampu meredakan ketegangan. Misalnya, dalam keluarga, ketika anak melakukan kesalahan, orang tua yang menegur dengan kelembutan akan lebih mudah menyentuh hati anak dibanding dengan kemarahan. Di lingkungan kerja pun demikian, komunikasi yang santun dapat mempererat kerjasama, sementara kata-kata kasar hanya akan menimbulkan jarak dan perselisihan.
Sehingga, dimanapun kita berada hendaknya dapat menjaga ucapan kita demi menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah banyaknya perbedaan yang ada di sekitar kita. Sikap saling menghargai dan menghormati dapat kita mulai dengan selalu menjaga lisan kita dalam bertutur kata.
Dampak Ucapan terhadap Diri Sendiri
Tanpa kita sadari ternyata apa yang telah kita ucapkan dapat memberikan dampak bagi diri senidri. Dimana hal ini sering tidak kita sadari adalah, setiap kata kasar yang kita ucapkan juga melukai diri kita sendiri. Ucapan keras lahir dari batin yang dipenuhi amarah, kebencian, atau kekecewaan. Saat mengucapkan kata-kata yang kita lontarkan dari mulut kita, hati menjadi tidak tenang, pikiran semakin resah, bahkan tubuh pun ikut terpengaruh. Dengan demikian, ucapan kasar tidak hanya melukai orang lain, tetapi juga menambah penderitaan dalam diri kita sendiri.
Sebagai seorang Buddhis yang telah mengenal ajaran Sang Buddha hendaknya mengetahui apa yang kita lakukan saat ini akan berbuah pada kehidupan saat ini maupun kehidupan selanjutnya. Daripada kita sering mengucapkan kata-kata yang hanya menyakiti orang lain, lebih baik kita mengucapkan kata-kata yang dapat menyejukkan batin.
Meneladani Ajaran Buddha
Sang Buddha selalu menekankan pentingnya sammā vācā (ucapan benar) sebagai salah satu bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ucapan benar berarti tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak menggunakan kata-kata kasar, dan tidak berbicara sia-sia atau omong kosong. Melalui ucapan benar, seseorang menumbuhkan kedamaian dalam diri, mempererat hubungan sosial, serta menebarkan kebahagiaan kepada sesama. Selain itu, hal lain yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan ucapan kita diantaranya yaitu
- Sebelum berbicara kita cek motivasi, apa tujuan untuk bicara terlebih dahulu
- Jika sudah terlanjur keluar maka kita perlu melakukan evaluasi dengan berpikir bahwa ini adalah “celahku” dalam melakukan karma buruk, jika ada situasi yang serupa, maka kita harus menyadarinya sebelum bicara
- Jika ucapan kasar sudah benar-benar spontan, maka pemecahan masalahnya harus lebih mendasar, yaitu sumber dari ucapan kasar itu sendiri, biasanya dengan melatih mengendalikan emosi dan latihan meditasi
Penutup
Syair Dhammapada ini menjadi pengingat bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah cermin batin. Dengan menjaga ucapan, kita menjaga diri sendiri dan orang lain dari penderitaan. Mari kita berlatih berbicara dengan penuh kasih sayang, kelembutan, dan kebijaksanaan. Karena dari ucapan yang bijaklah, kehidupan yang damai dan harmonis dapat tercipta.