Purwodadi – Dalam memperingati Hari Kartini karyawati di Kantor Kemenag Kabupaten Grobogan menggunakan pakaian kebaya sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan pada masanya, yang kurang mendapat porsi yang layak dalam masyarakat. Pengenaan kebaya tersebut sebagaimana surat Gubernur Jawa Tengah Nomor 003.1/0005249 tanggal 16 Maret 2016 yang diteruskan oleh Sekretariat Daerah Grobogan Nomor 061/1159/IX/2016 tanggal 12 April 2016 yang merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mengenang, melanjutkan dan mewujudkan cita-cita Kartini untuk memajukan perempuan yang diusung dengan tema “Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan Kualitas Keluarga Melalui Generasi Sehat, Ekonomi Kuat, Perempuan Bermartabat”.
Dalam kesempatan apel Kepala kankemenag Kab. Grobogan Muh Arifin menyampaikan bahwa yang patut diteladani dari Kartini adalah semangatnya, semangat untuk belajar, mencerdaskan kaum perempuan. Menurut Muh Arifin semangat Kartini bisa diwujudkan dalam usaha kita untuk terus belajar memperbaiki diri, bekerja dengan baik dan profesional, dan tidak pantang menyerah untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya kearah yang lebih baik.
Usaha Kartini dalam mencerdaskan perempuan menurut Kepala Kankemenag Grobogan merupakan upaya untuk meningatkan martabat perempuan yang pada waktu itu kurang diberi kesempatan untuk aktualisasi diri dibandingkan dengan kaum laki-laki yang diberi keleluasaan untuk banyak berkiprah di dunia luar menentukan nasib diri, masyarakat dan bangsanya. “Dan Kartini mendobrak kebuntuan tersebut pada masanya,” terangnya.
Kalau tidak ada Kartini, mungkin perempuan tidak seperti sekarang ini misalnya dalam politik yang secara regulasipun dipayungi dengan kecukupan rasio 30% perempuan untuk menjadi wakil rakyat.
Berbicara tentang perempuan mengingatkan suami dari perencana di Kankemenag Kab. Grobogan tersebut dengan kiprah dan jasa seorang ibu. “Hanya karena ibu, kita bisa seperti ini. Dengan kiprah, usaha, dan keprihatinan ibu kita menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Maka dari itu tidak salah kalau ibulah yang mendapat penghargaan lebih sampai gedungpun, gedung ibu, kota pun punya ibu, dan lain sebagainya,” jelasnya lebih jauh. (pr)