Purwodadi – Musik menjadi media yang mampu untuk menyampaikan pendapat dengan cara indah. Di antara kata-kata yang didendangkan, alunan musik membentuk irama hingga membalut kata dengan nada. Di Indonesia, banyak jenis musik yang berkembang. Salah satunya adalah jenis musik islami yang sering disebut dengan qasidah atau rebana.
Biasanya, musik jenis ini populer di kawasan pondok pesantren, madrasah, atau desa-desa kecil. Namun, tak jarang juga di sekolah-sekolah umum karena sebagai ekstrakulikuler. Pada umumnya, musik rebana identik dengan sholawat nabi. Namun, di era sekarang banyak variasi dan aransemen yang muncul dalam musik rebana. Sehingga, musik rebana tidak lagi terkesan klasik, kuno, ataupun jadul.
Salah satu contoh grup rebana adalah El-Lathief, yaitu grup rebana jebolan dari Pondok Pesantren Al-Lathifiyah Sobotuwo, Kronggen, Brati. Grup rebana ini berdiri pada tahun 2013 di bawah didikan Bapak Ahmad Nahrowi. Belum lama berdiri, El-Lathif sudah membuat beberapa nada lagu sholawat baru dan menciptakan lagu kebesaran sendiri, yaitu “Ma’had Al-Lathifiyah”. Tak hanya itu, El-Lathief juga mengaransemen beberapa sholawat dan juga mengaransemen ulang lagu kebesarannya.
Pada 1 Mei 2016 lalu, merupakan sejarah baru bagi El-Lathief. Karena, El-Lathief mengikuti lomba rebana atau hadlroh untuk pertama kalinya. Tak tanggung-tanggung latihan terus dilakukan setiap hari. Ikhtiar dilakukan untuk diberi kelancaran saat mengikuti lomba tersebut. “Disini kalian jangan memikirkan kemenangan. Tapi, yang harus kalian pikirkan adalah bagaimana bisa tampil semaksimal mungkin dan menjadi yang terbaik,” ujar Nahrowi menyemangati timnya.
Tak sia-sia usaha El-Lathief, merekapun menjadi juara 1 lomba hadlroh se-kabupaten Grobogan tersebut. “Tak disangka baru mengikuti lomba pertama kali tapi bisa mendapat juara satu,” ujar Lu’lu’ salah satu personil rebana.
Keberhasilan El-Lathief berlanjut untuk mengikuti lomba hadlroh ke tingkat provinsi nanti.(If)
