Grobogan — Di ruang sederhana yang bersih dan sejuk di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ngaringan, suasana hening seketika berubah haru saat seorang pria muda mengucapkan dua kalimat syahadat. Tangis kecil terdengar dari keluarganya yang hadir. Pria itu adalah Alam Setyo Utomo, warga Desa Bandungsari, yang pada Selasa (5/8/2025) resmi memeluk agama Islam.
Tak ada kemeriahan. Hanya kesederhanaan dan getar keyakinan yang mengisi udara. Dengan suara tenang dan penuh kepastian, Alam mengucapkan syahadat, dipandu oleh Penyuluh Agama Islam Fungsional, Moch Herlanto. Prosesi tersebut bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan baru yang selama ini telah ia renungkan dalam diam.
“Saya sudah lama tertarik dengan Islam,” ujar Alam setelah prosesi. “Saya melihat kedamaian dalam ibadah teman-teman saya, dalam nilai kekeluargaan yang mereka jaga. Tapi saya butuh waktu, dan Alhamdulillah, saya dibimbing dengan sabar oleh para penyuluh di KUA,”ungkapnya.
Bimbingan pra-syahadat yang dilakukan oleh tim KUA Ngaringan bukan sekadar formalitas. Mereka mendampingi dengan hati, memastikan bahwa keputusan Alam lahir dari pemahaman, bukan paksaan. Herlanto, sang penyuluh, mengungkapkan bahwa proses ini dilalui dengan dialog terbuka, pembelajaran bertahap, dan pendekatan spiritual yang lembut.
“Setiap orang yang datang dengan niat masuk Islam adalah amanah. Tugas kami bukan hanya membimbing syahadat, tetapi juga menjaga dan membina perjalanan selanjutnya,” ujar Herlanto.
Kepala KUA Ngaringan, Rif’an, yang juga menyaksikan prosesi syahadat, menyampaikan bahwa KUA tidak hanya menjadi tempat layanan administratif, tetapi juga rumah pembinaan rohani bagi masyarakat.
“Kami ingin memastikan, setiap mualaf tidak merasa sendiri. Negara hadir, dan agama menyambut mereka dengan cinta,” tegasnya.
Setelah resmi menjadi muslim, Alam akan mengikuti pembinaan lanjutan mengenai dasar-dasar Islam. Bimbingan ini akan mencakup praktik ibadah, pemahaman akidah, serta nilai-nilai kehidupan islami yang aplikatif dalam keseharian.
Di hari itu, bukan hanya satu jiwa yang berubah. Tapi juga sebuah pengingat, bahwa hidayah bisa datang kapan saja, di tempat yang mungkin tak terduga — termasuk di sebuah kantor pelayanan publik seperti KUA. Di sana, iman dan pengabdian bertemu, mengantar satu langkah baru menuju cahaya.(AW)