Buku Bacaan Berjenjang untuk Membentuk Sikap Mandiri Siswa Membaca

Purwodadi – Membacalah maka engkau akan kuasai dunia merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya membaca. Namun bagi masyarakat Indonesia, kebiasaan membaca masih terbilang sangat rendah. Di kawasan ASEAN saja, Indonesia menempati urutan ketiga terbawah di kawasan ASEAN, atau berada di atas Kamboja dan Laos.

Berdasarkan berita Republika.co.id, tingkat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-data indeks tingkat membaca di negara-negara maju berkisar antara 0,45 hingga 0,62. Merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia ini makin menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia juga hanya jalan di tempat (stagnan) dan cenderung mundur. Inilah yang menjadi keperihatinan pemerintah dan USAID PRIORITAS yang mengembangkan program untuk menumbuhkan minat baca yang dikhususkan pada pendidikan dasar khusus untuk siswa kelas awal: buku bacaan berjenjang. Penggunaan buku ini akan lebih efektif membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya membaca. Penggunaan buku ini bukan berdasarkan kelas, tetapi tingkat kemampuan siswa.

Dalam rangka mensosialisasikan program tersebut, USIAID bekerjasama dengan Kantor Kemenag Kab. Grobogan menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang memperkenalkan buku bacaan berjenjang yang diselenggarakan bekerjasama dengan KKM MI di Kabupaten Grobogan. Kegiatan pertama diselenggarakan di Pulokulon, selanjutnya di MI Unggulan Jabalul Khoir Purwodadi dan pada Senin (09/05) diselenggarakan di KKM MI VI Manggarwetan yang bertempat di Rumah Makan Kembar Mijen Godong.

Dalam pelatihan di KKM VI tersebut disampaikan bahwa salah satu karakter yang harus ada pada guru adalah kreatif. Guru kreatif adalah guru yang memiliki banyak ide pembelajaran, mampu merancang dan mendesain perangkat pembelajaran secara mandiri, mampu menyajikan materi pembelajaran dengan metode bervariasi, tampil menyenangkan dan mampu menjadi pemecah masalah siswa dan guru sesamanya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Grobogan Muh Arifin dalam pembukaan pembelajaran modul III PRIORITAS yang diikuti oleh para guru, kepala sekolah, pengawas, dan komite dalam sambutannya menyayangkan banyak guru yang masih terlalu terpaku pada buku teks. “Buku teks sangat penting, tapi kreatifitas guru untuk mengeksplor hal-hal yang baru, melakukan eksperimen-eksperimen sendiri, memiliki ide pembelajaran sendiri sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai juga penting. Guru mesti inovatif dalam ide pembelajaran dan menyesuaikan ide pembelajaran dengan konteks yang mengelilinginya,” ujarnya.

Pelatihan yang dikhususkan untuk 16 sekolah mitra USAID PRIORITAS ini adalah pelatihan modul yang ketiga. Sebelumnya para guru-guru tersebut menerima pelatihan modul I dan II. Pelatihan modul III lebih menekankan guru untuk bisa memfasilitasi siswa memiliki keterampilan literasi.

Buku bacaan berjenjang adalah buku yang terbukti efektif mempercepat pengembangan literasi siswa dan sudah disetujui penggunaannya oleh Kemenag dan Kemendikbud. Dengan buku semacam ini, siswa akan lebih cepat berkembang kemampuan membaca dan memahami bacaan. Namun agar mampu mengajar dengan buku ini, seorang guru harus dilatih dengan baik agar mampu memahami prinsip prinsip penyampaiannya dan mampu mempraktikkannya.

“Yang ingin mengajar dengan metode buku bacaan berjenjang, harus menguasai PAKEM terlebih dahulu,” ujar Anjas, penanggung jawab pelatihan modul III. “Pada pelatihan modul III ini, guru-guru kelas awal dilatih cara menggunakannya,” ujarnya.

“Kalau para siswa sudah terbiasa membaca dengan buku berjenjang, maka para siswa tidak akan frustasi lagi membaca. Selama ini para siswa frutasi membaca, karena selama ini siswa menganggap membaca itu sulit. Nah buku berjenjang ini akan lebih menarik bagi siswa karena disesuaikan dengan minat siswa. Dampak buku berjenjang ini bisa membentuk sikap mandiri siswa untuk membaca,” jelas penanggung jawab dan pemateri tersebut.(bd/pr)

Bagikan :
Translate ยป
Skip to content