Siap Menghadapi (Kiamat Kecil) Pensiun

Oleh Roziqun

Bekerja merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan, karena dengan bekerja akan  mendapatkan penghasilan sehingga mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selama bekerja, berbagai fasilitas akan didapatkan selama berkarir; gaji, insentif, THR, jaminan kesehatan, tunjangan transportasi, pesangon pensiun, pelatihan pengembangan diri, dan sebagainya. Padahal dalam bekerja, akan terjadi regenerasi sumber daya manusia  sebagai pergantian posisi dalam pekerjaan. Setiap orang pasti akan mengalami masa yang tidak bisa dipungkiri dan bersifat alami yakni masa tua. Ketika usia semakin bertambah, hal yang pasti akan dialami adalah  akan kehilangan pekerjaan, sehingga segala fasilitas yang didapatkan sebagian besar harus dikembalikan ketika posisi  telah digantikan oleh generasi baru. Hal ini adalah proses alamiah yang pasti terjadi dalam dunia pekerjaan, yang lebih dikenal dengan istilah pensiun.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya  WJS Purwadarminta : (1) Pensiun = uang sara ; (2) sudah tidak bekerja  lagi dan mendapat uang sara. Dipensiun(kan) = diberhentikan bekerja dan diberi uang sara. Sedangkan “Pensiunan” adalah orang yang menjalankan pensiun. Dalam kehidupan sehari-hari “Pensiun” lebih  ditujukan pada pegawai negeri, baik PNS, TNI/POLRI, atau pegawai BUMN. Pensiun merupakan salah satu hak yang diberikan kepada PNS.  Bagi sebagian orang, masa pensiun adalah masa untuk menikmati hasil jerih payah selama ini, tetapi sebagian yang lain  beranggapan bahwa pensiun merupakan suatu malapetaka,  saat-saat yang paling tidak diinginkan kehadirannya oleh sebagian orang yang bekerja sebagai Pegawai Negeri maupun Pegawai Swasta, mereka menganggap bahwa masa pensiun merupakan masa-masa yang sangat ditakuti dan menyeramkan bahkan bisa dianggap sebagai kiamat kecil. Oleh karena itu, ketika sebagian orang mulai memasuki dan menjalankan pensiun,  rasa sedih, kaget, dan gelisah siapapun orangnya pasti akan merasakannya, bahkan Individu yang tidak siap menghadapi masa pensiun, akan mengalami Post Power Sydrome (PPS) berupa gangguan psikologis seperti stress, depresi, tidak bahagia, merasa menganggur, merasa menjadi beban bagi anak atau keluarga yang lain, merasa terasing, merasa tidak lagi mempunyai kuasa, merasa tidak lagi dihargai dan dihormati seperti masa-masa di saat masih aktif memegang jabatan tertentu di suatu instansi, kondisi keuangan yang menurun secara drastis, dan gaya hidup yang berubah.

Mempersiapkan sesuatu untuk hari esok akan menjadi tindakan yang sangat bijaksana, karena hari ini belum tentu sama dengan keesokan harinya. Dengan begitu sudah semestinya  mempersiapkan kehidupan di masa mendatang secara bijaksana agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Demikian halnya dengan pesiun, perlu kesiapan dalam diri seseorang yang akan menjalankan pensiun, khususnya persiapan dalam hal mental dan pola pikir (mindset), termasuk juga hal-hal teknis. Menurut Prof Dr Roy Sembel, persiapan yang dimaksud meliputi persiapan  dalam empat hal, yakni persiapan diri, persiapan  dukungan dari orang-orang di sekitar , persiapan kegiatan.dan  terakhir  persiapan keuangan.

Persiapan diri sangat penting dilakukan dengan mempersiapkan sikap mental, pola pikir dan  emosi serta fisik. Dimanapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun, semuanya berpeluang memiliki potensi masalah, dengan persoalan yang persis sama, sikap orangpun berbeda-beda, ada yang begitu panik, goyah, kalut, stress tapi ada pula yang menghadapinya dengan begitu mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya. Dengan demikian masalah atau persoalan yang sesungguhnya bukan terletak pada persoalannya melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut. Demikian halnya dengan pensiun, perlu dibangun sikap mental, pola pikir  dan emosi yang positif cara mengolah  hati  agar ridho/rela dengan kenyataan yang ada. Hidup terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton, ini adalah kenyataan hidup, benar-benar  harus arif menyikapi setiap episode dengan lapang dada, kepala dingin dan hati yang ikhlas. Walaupun menyesal dan kecewa  tetap saja kenyataan pensiun sudah terjadi, ridho tidak ridho,  pensiun  tetap  terjadi, maka lebih baik hati ikhlas ridho  menerimanya. Tentu saja ikhlas ridho bukan berarti pasrah total sehingga tidak bertindak apapun, pasrah/ridho merupakan amalan hati saat menerima kenyataan yang ada, tapi hati dan tubuh tetap ikhtiar memperbaiki diri dengan cara yang diridhoi Allah SWT , kondisi hati yang tenang dan ridho sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjadi positip, optimal dan bermutu sehingga dapat mempunyai sikap mental dan pola pikir bahwa usia pensiun adalah masa anugerah yang diberikan Allah SWT  untuk dinikmati setelah bekerja keras sepanjang karir , sehingga lebih banyak waktu untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga serta semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT  dan terlibat dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Dalam menghadapi pensiun, tidak perlu  hanyut dan tenggelam dalam pikiran yang salah, harus tenang, menguasai diri, merenungkan akan janji dan jaminan pertolongan Allah SWT yang  akan menuntun memberi jalan keluar dari segala masalah, sepelik dan seberat apapun karena bagi Dia tidak ada yang rumit dan pelik karena semuanya serba mudah dalam genggaman kekuasaan-Nya (QS. Al Baqoroh 2 : 286)

Persiapan diri yang tak kalah penting adalah kesiapan fisik.  Dengan fisik yang sehat tentu akan mampu melahirkan jiwa yang bahagia dan bisa  melakukan banyak hal. Disarankan mulai memperhatikan dan menjaga kondisi fisik dengan lebih saksama karena kesehatan fisik dan mental pensiunan biasanya semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan segesit dulu,  ada makanan yang tidak bisa dikonsumsi sebanyak dulu, bahkan mungkin ada makanan yang tidak boleh dikonsumsi sama sekali

Persiapan kedua yang harus dilakukan adalah mempersiapkan dukungan dari orang-orang sekitar . Ketika belum pensiun pun  perlu memperoleh banyak dukungan, demikian halnya setelah memasuki usia pensiun  juga tetap memerlukan dukungan tersebut. Setelah kegiatan sosialisasi di kantor tidak bisa lagi diakses setiap hari,  hubungan baik dengan orang kantor  tetap harus dipertahankan dan  hubungan baik dengan keluarga dan teman serta masyarakat sekitar tetangga perlu tetap dijaga, sebab mereka bisa menjadi sumber inspirasi dan sumber kekuatan mental serta emosi ketika memasuki masa pensiun.

Persiapan selanjutnya  adalah persiapan kegiatan. Ketika memasuki masa pensiun, bukan berarti  harus berhenti dari segala kegiatan, harus tetap aktif melakukan kegiatan, baik berupa kegiatan sosial, ataupun kegiatan yang dapat menambah nilai ekonomi. Kegiatan ini juga memungkinkan  bertemu dengan banyak orang, sehingga ada interaksi, dan punya bahan yang didiskusikan,  kegiatan juga  sangat membantu agar setelah pensiun  tidak merasa tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya karena pada masa pensiun terjadi  banyak perubahan, baik perubahan kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri Sesuai penjelasan psikolog, dan para pakar lainnya, orang yang telah pensiun harus tetap aktif menggunakan otaknya, agar memperlambat penyakit pikun.

Adapun  pilihan bidang kegiatan apa yang harus dilakukan, sangat tergantung pada sifat dan kompetensi masing-masing dengan mengingat bahwa umur tidak muda lagi, sehingga disarankan untuk tidak  memilih pekerjaan yang ber risiko tinggi. Kalau misalnya  memilih ber wirausaha, harus dihindari langsung memulai usaha dengan modal besar, karena kalau rugi, bukan kesenangan yang diperoleh tetapi kesengsaraan. Maka sebaiknya memilih yang sederhana, dimulai dari kecil, sehingga akan mengenal risiko dan suka dukanya sejak awal.

Persiapan terakhir adalah persiapan keuangan. Persiapan ini penting dilakukan karena orang yang pensiun pasti penghasilannya akan berkurang. Jumlah dan nilainya tidak sama dengan ketika masa aktif bekerja, sementara kebutuhan hidupnya belum tentu berkurang. Di sisi lain, gaya hidup seseorang tidak semudah membalik tangan untuk dirubah, mereka yang terlanjur konsumtif ketika masa aktif bekerja, lalu tiba-tiba incomenya berkurang ketika masa pensiun, akan sedikit kesulitan melakukan penyesuaian. Jika yang bersangkutan bisa, belum tentu keluarganya (anak dan istrinya) bisa mengikuti.

Dalam hubungan ini Psikolog sekaligus konsultan keuangan, Tessie Setiabudi mengaskan bahwa perencanaan untuk memasuki masa pensiun adalah suatu proses yang panjang dan berkesinambungan dalam merencanakan, hal ini perlu dipastikan  sumber pendapatan dan pendanaan di masa pensiun. Solusi untuk hal ini adalah perencanaan yang tepat dan menabung sedini mungkin untuk masa pensiun.

Solusi berikutnya adalah menentukan target yang realistis dengan memperkirakan berapa besar dana yang akan  dibutuhkan untuk pensiun nanti. Periksa kondisi tabungan, deposito, atau investasi , jika memang mencukupi untuk menunjang hidup kita 20 tahun atau lebih ke depan, berarti sudah aman. Dukungan dana juga harus memperhitungkan biaya kesehatan yang mungkin akan dibutuhkan. Jika kondisi keuangan masih minim, maka  perlu melihat alternatif dukungan keuangan lainnya. Selanjutnya Tessi juga menganjurkan agar Investasi Dini  dilakukan dengan tepat demi kesejahteraan di masa tua, apapun bentuknya bisa dalam bentuk deposito, tabungan yang tidak diutak-atik, surat berharga, tanah/bangunan, atau barang-barang berharga yang mudah dicairkan, atau dalam bentuk asuransi

Diluar itu semua yang tak kalah penting adalah senantiasa berdoa dengan membangun kedekatan dengan Sang Maha Kuasa, memperbanyak amal ibadah  sebagai investasi yang bermanfaat di akhirat. Menjalin kedekatan dengan Allah SWT, berarti juga membangun kemandirian secara personal agar kekosongan di salah satu ruang batin tetap terisi.  jangan sampai akhirnya kehidupan  di masa tua menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. (“Allhummaj’al khaira ‘umry aakhirahu wa khaira ‘amaly khawaatimahu wa khaira ayyaami yauma alqooka fiih”, “Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari umurku adalah akhirnya, dan yang terbaik dari amal perbuatanku adalah penutupnya, dan yang terbaik dari hariku adalah hari ketika aku bertemu denganMu.”)

 

Gabus, 26 Januari 2016

Tulisan ini kami dedikasikan kembali untuk Drs. H. Rif'an M.Si/ Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh dan H.  Musyafak Ahmad S.Ag./kepala KUA Kec. Toroh yang akan memasuki masa pensiun per 1 Pebruari 2016.

Roziqun (Kepala Kua Kec. Gabus Kab Grobogan)

Bagikan :
Translate ยป
Skip to content