Kab. Grobogan (Humas) – Kantor Kemenag Kab. Grobogan melalui Bimas Islam menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk mematangkan sistem peringatan dini terhadap potensi konflik sosial berdimensi keagamaan. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kemenag Kab. Grobogan dan dihadiri 40 peserta terdiri Kepala KUA Kecamatan dan Penyuluh Agama Islam di lingkungan Kemenag Kab. Grobogan.
Kepala Kemenag Kab. Grobogan, Fahrur Rosi menyampaikan bahwa Konflik agama di Indonesia terjadi disebabkan oleh faktor non-agama masalah politik, yaitu agama dijadikan sebagai alat untuk kepentingan politik tertentu untuk mencapai kekuasaan. Dalam upaya untuk mengantisipasi hal-hal terkait munculnya konflik sosial, diperlukan kegiatan bersama dalam mengelaborasi problem keagamaan Islam yang aktual di wilayah Kabupaten Grobogan dan mengkoordinasikan penanganannya dengan pihak-pihak yang terkait.
“Untuk menindaklanjuti kegiatan pemetaan paham keagamaan Islam, beberapa hal yang perlu kita lakukan bersama adalah melakukan Identifikasi dan deteksi dini aliran paham keagamaan islam, melakukan pembinaan terhadap korban aliran paham keagamaan Islam dan selanjutnya melakukan advokasi, penanganan konflik/korban gerakan/aliran/paham keagamaan untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara,”jelasnya.
Fahrur mengungkapkan bahwa deteksi dini konflik sosial keagamaan merupakan langkah strategis untuk mengidentifikasi potensi konflik sebelum terjadi dan mencegahnya sejak awal. Ia menegaskan bahwa konflik dan kerukunan merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Bahwa Kemenag telah memiliki sejumlah program prioritas dalam deteksi dini konflik, seperti pelatihan bagi penyuluh agama dan penghulu, penggunaan aplikasi “Mharmoni” untuk pelaporan dan analisis data, serta pemetaan wilayah yang berpotensi mengalami konflik berdasarkan sejarah, kesenjangan sosial, dan keragaman keyakinan,”ungkapnya.
Kepala Kemenag mengatakan, Agama Islam masuk ke Indonesia dengan wajah bersahabat dan ramah sehingga ajarannya dapat diterima oleh masyarakat lokal Indonesia. Kesuksesan penyebaran ajaran agama Islam tak terlepas dari peran para ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah. Tantangan dakwah saat ini adalah terus mempromosikan Islam rahmatan lil ‘alamin bagi masa depan bangsa dan dunia. Apalagi, Indonesia adalah negara yang sangat beragam suku, agama, ras, bahasa, dan lainnya. Harmoni dalam kemajemukan yang selama ini terjalin harus terus digali.
“Di era kemajuan teknologi informasi saat ini, Dakwah merupakan suatu upaya mengajak orang lain kepada (Amar Ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (Nahi Mungkar). Dakwah juga merupkan proses pengondisian agar mad’u menjadi lebih mengetahui serta mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman kehidupan di dalam kehidupannya sehari-hari. Usaha dakwah hendaknya dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk terbentuknya individu dan keluarga yang bahagia dan masyarakat atau umat yang terbaik dengan cara taat menjalankan ajaran Islam yang bisa dilakukan melalui bahasa lisan tulisan maupun perbuatan/ keteladanan,”bebernya.(bd)